image

PERTEMUAN KELOMPOK TANI SE KECAMATAN KROMENGAN

Pertemuan rutin bulanan yang diselenggarakan kali ini bertempat di kelompok Tani Karya II Desa Peniwen Kecamatan Kromengan dengan materi yang disampaikan adalah tentang Pengolahan dan Budidaya Pakan Ternak. Berbagai informasi tentang perkembangan dan situasi terkini dari Dinas Peternakan Kabupaten Malang disampaikan oleh narasumber.
Banyak dari peserta yang menanyakan harga sapi dipasaran yang anjlok, dan bagaimana prospek kedepan tentang dunia peternakan. Jika hal ini terus menerus berlangsung maka kian hari bakal dipastikan budidaya peternakan terutaman sapi dan kambing akan makin ditinggalkan oleh para petani.
Dengan pertemuan yang membahas tentang budidaya dan pengolahan pakan ternak ini diharapkan para peternak mampu menekan biaya produksi sehingga nantinya mampun menghasilkan ternak dengan biaya yang rendah dan hasil yang sesuai dengan harapan.



KEMBANG TEBU

Ketika tanaman tebu mulai mengeluarkan bunganya, hal ini menandakan bahwa tanaman tebu telah memasuki usia panen. Hal ini disambut gembira oleh para petani tebu yang berarti panen telah tiba, dan berati pula perekonomian mereka juga akan bertambah. namun disadari atau tidak tanaman tebu untuk tahun ini kurang menggembirakan dikarenakan curah hujan yang tinggi yang berimbas pada hasil randemen yang dihasilkan tidak sesuai harapan atau rendah. Ini menjadikan hasil panen kali ini dibeli dengan harga murah oleh pabrik penggilingan tebu atau PG (Pabrik Gula)
Dengan curah hujan yang tinggi dan perubahan cuaca yang exstrem ini diharapkan dinas pertanian mampu memberikan bibit tebu yang yang berkualitas, yang tahan terhadap curah hujan yang tinggi namun hasil randemen yang dihasilkan tetap tinggi, ini merupakan harapan dari banyak petani tebu di Malang. Sebagai salah stu sentra penghasil gula nasional sudah selayaknya dinas terkait bekerja sama dengan para peneliti sesegera mungkin dapat mengeluar bibit baru.
Dengan kisaran harga jual tebu ke Pabrik Gula sekitar Rp. 35.000/kwt maka bisa di pastikan hasil panen tebu untuk tahun ini jauh dari apa yang diharapkan bahkan jauh dari hasil panen tahun kemarin yang mampu menjual hasil panen tebunya sekitar 49.000/kwt

TETAP BERTAHAN DI TENGAH HIMPITAN

Laju pertambahan penduduk dan peniongkatan akan kebutuhan tempat tinggal dari tahun ketahun dirasakan semakin meningkat. Tidak bisa dipungkiri kebutuhan akan papan dan adanya sarana penunjang lainya demi kesejahteraan manusia terus berkembang. Namun disadari atau tidak hal ini juga menimbulkan kerawanan akan semakin menipisnya kawasan lahan petanian khususnya lahan produktif. Banyak daerah terutama perkotaan seperti di Malang ini lahan persawahan yang kian hari kian habis tergerus oleh pengembangan sektor properti. Kita tidak bisa menyalahkan pengembang, namun diharapkan peran dari pemerintah untuk menekan laju pengurangan lahan produktif atau dengan kata lain mengembangkan sektor properti dengan menggunakan lahan non produktif.
Dengan semakin berkurangnya lahan persawahan produktif dikhawatirkan akan mengurangi produksi hasil pertanian. Jika pemerintah tidak membatasi laju perkembangan pembangunan daerahnya tanpa memandang dampak dari ekosistem pertanian maka ini akan menjadi bom waktu, yang menjadikan daerah yang dulunya menjadi setra komoditi pangan menjadi daerah sentra pengimpor kebutuhan pangan. Ini jelas sangat betentangan dengan Undang-Undang pertanian yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya mengaungkan adanya swasembada beras jika pemerintah tidak segera mencetak sawah atau lahan baru untuk pertanian.


"SI IMUT" PPL NGADIREJO

Perawakanya memang kecil, namun bukan berarti semangatnya kecil (kecil-kecil cabe rawit) orang jawa biasa menyebut demikian. Dia adalah Anggita R.D (bukan Rahmad Darmawan pelatih Timnas U23)Ratri Dewi merupakan PPL yang masih berstatus CPNS yang sebentar lagi Prajabatan menjadi PNS. Di usianya yang masih muda ini tentunya semangat untuk mengabdi kepada bangsa dan negara tentunya masih membara untuk memajukan negeri ini menjadi lebih baik lagi, demikian juga harapan dari warga petani Desa Ngadirejo Kecamatan Kromengan yang menjadi Kelompok binaan dari Ibu PPL yang masih singel ini. Alumnus IPB tahun 2010 langsung diterima pada perekrutan CPNS tahun lalu dan sekarang bergabung dengan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh Pertanian (BKP3) Kabupaten Malang dan ditempatkan di UPTBP Kromengan.
Pada tahun ini Dasa Wisma Ngadirejo mendapat Program P2kP (Penganekaragaman pangan) dari pemerintah dan Ibu Anggita adalah pembimbing dan tutor untuk program ini. Dari program ini tentunya diharapkan masyarakat khususnya warga Desa Ngadirejo mampu melaksanakan program ini sebaik-baiknya sehingga terwujudnya penganekaragaman pangan yang nantinya masyarakat tidak tergantung sepenuhnya kepada bahan pangan yang berasal dari beras.

SARJANA MEMBANGUN DESA (SMD) PENIWEN

Sesuai dengan namanya Sarjana Membangun Desa maka orang yng terlibat di dalamnya tentu saja ada yang sudah menjadi sarjana dengan latar belakan bidang pertanian tentunya. Program dari pemerintah ini memang mengajak para lulusan universitas atau kaum intelektual untuk mempraktekan ilmunya di dalam kehidupan sesungguhnya, agar berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya.
Karya Farm merupakan salah satu kelompok yang telah mendapatkan bantuan berupa sapi potong untuk dikelola dan dikembangkan guna untuk mencukupi kebutuhan daging dan dapat menghidupi para anggota kelompoknya.
Dengan bantuan sekitar 40 ekor sapi yang terdiri dari dara, pejantan dan induk serta anakan maka di harapkan dengan adanya SMD ini para sarjana khususnya sarjana pertanian tidak hanya mencari kerja melainkan membuka peluang usaha untuk di kelola yang selanjutnya mampu menampung tenaga kerja dan menggerakakan perekonomian di desa.




MARI KEMBALI GUNAKAN PUPUK ORGANIK

Pertemuan Kelompok Tani Mekar Tani III Dusun Bulupogog Desa Jambuwer kecamatan Kromengan yang dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2011 dilahan milik seorang anggota kelompok tani. Dalam pertemuan ini membahas tentang berbagai persoalan tentang tanah. Karena sekarang ini tanah yang berada di Dusun Bulupogog nampak gersang dan kurang subur atau bahkan bisa disebut tidak subur. Banyak tanaman yang kurus atau bahkan mati karena tanahnya padat dan tidak banyak ditemukan unsur hara di dalamnya. Ini sangat memprihatinkan karena petani di sini masih belum sadar dengan adanya program dari pemerintah tentang go organik.
Maka dari itu PPL Kromengan mengadakan penyuluhan yang intinya mengajak petani Dusun Bulupogog untuk kembali menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos untuk menambah unsur hara dalam tanah yang sudah banyak yang hilang.

ADA APA DENGAN TANAHKU????

Bukan lautan tapi kolam susu
kail dan jala cukup menghidupimu
tiada topan tiada badai ku temui
ikan dan udang menghampiri dirimu
orang bilang tanah kita tanah surga
tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Kita pasti ingat sebaris syair lagu dari legenda Koes plus di era 70an, yang mengambarkan betapa tanah di bumi Indonesia masih begitu subur. Hanya dengan tongkat saja bisa menjadi tanaman. Pada saat itu pertanian Indonesia maju pesat bahkan mampu swasembada beras dan mendapatkan penghargaan dari FAO (organisasi dunia yang menangani pangan) kita patut bangga sebagai warga dan petani Indonesia.
Raihan swasembada beras saat itu memang tak lepas dari masih suburnya tanah di bumi pertiwi ini, para pelaku usaha tani masih banyak menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos untuk lahan pertanian mereka. Kalaupun menggunakan pupuk kimia mereka masih bisa menyeimbangkan pemakaianya. Namun lama kelamaan karena terlena dengan penggunaan pupuk kimia petani mulai melupakan pupuk organik. Pemakaian pupuk kimia semakin berlebih mengakibatkan lahan pertanian kian tahun menjadi terdegradasi. Tanah menjadi padat, unsur hara dalam tanah semakin berkurang. Dengan unsur hara dan bahan organik yang semakin sedikit maka bisa dipastikan hasil panen yang akan diperoleh akan semakin sedikit. Tak bisa di pungkiri bahwa tanah mengabil peranan yang sangat signifikan dalam proses tumbuh kembang suatu tanaman. Sebagus apapun benih dan pengolahannya kalau tanahnya tidak subur maka kemampuan untuk tumbuh dengan optimal tidak bisa diharapkan.
Dengan permasalahn seperti ini tidak perlu saling mengkambing hitamkan siapa yang paling bertanggungjawab. Persoalan ini merupakan tanggungjawab kita bersama, antara petani, PPL, Dinas terkait. Mari saling mendukung satu sama lain agar masalah tanah yang terdegradasi bisa terselamatkan secepat mungkin, belum ada kata terlambat asalkan kita mau berubah menjadi lebih baik. Siap melaksanakan go organik!!
Mari kita olah tanah kita
Deangan mandiri pangan kita berjaya


 

Labels